Jakarta – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, mengungkapkan bahwa perekonomian sejumlah daerah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan signifikan berkat implementasi program hilirisasi. Keberhasilan daerah dalam mengubah struktur ekonominya dari sektor primer ke sektor industri pengolahan terbukti mendorong kontribusi yang lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
“Ini karena ada proses penciptaan nilai tambah di dalam perekonomiannya melalui hilirisasi atau industrialisasi,” kata Amalia dalam Rapat Koordinasi Inflasi Daerah di Jakarta.
Amalia mencontohkan keberhasilan Sulawesi Tengah dan Maluku Utara sebagai provinsi yang berhasil melaksanakan hilirisasi. Lebih lanjut, Amalia menjelaskan bahwa industri pengolahan menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara dan Papua Barat.
Di Maluku Utara, pertumbuhan ekonomi kuartal I/2025 tercatat sebesar 34,58% year-on-year (yoy), didorong oleh kehadiran industri feronikel. Sementara itu, Papua Barat mengalami pertumbuhan sebesar 25,53% yoy karena pengembangan industri pengilangan migas dan penambahan kilang Train 3 LNG Tangguh.
“Industri ini ternyata untuk ekonomi-ekonomi yang relatif tidak terlalu besar, bisa menjadi pendorong dan pendongkrak dari ekonomi wilayah tersebut yang bisa menyentuh double digit,” lanjut Amalia.
Ia juga membandingkan struktur ekonomi Maluku Utara pada 2010 dan 2025. Pada 2010, sektor pertanian menyumbang 26,27% terhadap ekonomi Maluku Utara, sementara industri pengolahan hanya 5,67%. Namun pada 2025, pertanian tinggal menyumbang 10,64%, sedangkan industri pengolahan melonjak drastis menjadi 36,18%.
“Oleh sebab itu, ke depan struktur ekonomi bisa diubah dengan kebijakan yang solid,” tutur Amalia.
Sementara itu, Ketua Komisi II DPRD Provinsi Kalimantan Tengah, Siti Nafsiah, menyatakan bahwa daerahnya saat ini tengah melakukan transisi dari ketergantungan pada sektor primer menuju struktur ekonomi yang lebih kokoh melalui hilirisasi. Ia menegaskan pentingnya mempercepat transformasi ekonomi menuju hilirisasi.
“Struktur ekonomi berbasis bahan mentah dinilai belum optimal mendorong pertumbuhan berkelanjutan, sehingga hilirisasi menjadi solusi strategis. Sudah saatnya Kalimantan Tengah beralih ke hilirisasi,” ujar Siti.
Menurutnya, hilirisasi terhadap komoditas seperti sawit, karet, rotan, dan hasil pertanian lainnya akan membuka peluang kerja, memperkuat daya saing daerah, serta meningkatkan ketahanan ekonomi lokal.
Ia mendorong agar Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah segera menetapkan arah kebijakan pembangunan baru yang mendukung pengembangan sektor industri pengolahan, termasuk penyediaan infrastruktur, kemudahan perizinan, serta pelatihan teknis.
“Hilirisasi bukan sekadar pilihan, tapi kebutuhan strategis yang harus direspons dengan kebijakan terintegrasi dan pendampingan nyata,” pungkasnya.
[w.R]
[edRW]