Melawan Teror OPM, Menegakkan Kemanusiaan di Bumi Cenderawasih

Oleh : Melki Douw)*
Kekejaman Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali menyingkap wajah asli dari gerakan separatis bersenjata yang selama ini menjadi duri dalam daging bagi perdamaian dan kemajuan Papua. Aksi-aksi brutal yang terus dilakukan oleh kelompok tersebut tidak hanya mencoreng nilai-nilai kemanusiaan, tetapi juga mengkhianati semangat persatuan bangsa dan cita-cita kesejahteraan rakyat Papua. Tidak ada satu pun tindakan mereka yang mencerminkan perjuangan yang ada hanyalah kekerasan, teror, dan penghambatan terhadap pembangunan.

Serangan demi serangan terhadap masyarakat sipil, seperti pembunuhan keji terhadap para pendulang emas di Kali Silet, pembakaran fasilitas umum, dan ancaman terhadap guru serta tenaga kesehatan, menjadi bukti nyata bahwa OPM menjadikan ketakutan (teror) sebagai alat untuk mempertahankan eksistensi. Mereka bukanlah pejuang, melainkan kelompok teroris bersenjata yang menjadi ancaman langsung terhadap kehidupan damai di Papua.

Dandim 1715/Yahukimo, Letkol Inf Tommy Yudistyo, secara tegas membantah narasi palsu yang coba dibangun OPM, yang menyebut bahwa korban sebagai anggota TNI. Fakta sesungguhnya, para pendulang emas yang menjadi korban adalah warga sipil yang tengah bekerja mencari nafkah secara damai. Pernyataan ini sekaligus memperkuat bahwa OPM kerap memelintir informasi demi membenarkan aksi kekejaman yang mereka lakukan. Manipulasi dan kebohongan telah menjadi senjata tambahan mereka, selain senjata api.

Kepala Operasi Damai Cartenz, Brigjen Faizal Ramadhani, juga menjelaskan bahwa gangguan keamanan terus dilakukan OPM di wilayah-wilayah rawan. Serangan terhadap warga sipil, guru, dan tenaga medis menunjukkan bahwa OPM tidak memiliki batas dalam menyebarkan ketakutan. Kekejaman seperti ini hanya bisa dilakukan oleh kelompok yang sudah kehilangan moralitas dan kompas kemanusiaan. Mereka tidak hanya menyerang fisik warga, tetapi juga merusak mental dan psikologis masyarakat Papua.

Duka mendalam terus menyelimuti keluarga korban dan masyarakat luas. Banyak anak yang menjadi yatim, istri yang kehilangan suami, dan warga yang harus meninggalkan kampung halamannya demi menghindari teror OPM. Penderitaan ini adalah hasil langsung dari tindakan kejam kelompok separatis yang tidak mengenal belas kasih. Negara tidak boleh membiarkan satu pun aksi kekerasan seperti ini luput dari keadilan.
Pemerintah bersama TNI dan Polri akan terus hadir di tengah rakyat Papua untuk melindungi, mengayomi, dan memastikan bahwa rasa aman menjadi hak setiap warga negara.

Dalam menghadapi kekejaman OPM, ketegasan adalah satu-satunya jalan. Tidak ada ruang untuk toleransi terhadap kelompok bersenjata yang merongrong kedaulatan negara dan membahayakan keselamatan rakyat. Aparat TNI dan Polri telah menjalankan tugas konstitusional mereka dengan penuh tanggung jawab dan profesionalisme. Setiap langkah yang diambil bertujuan mulia: menegakkan hukum, melindungi rakyat, dan memulihkan stabilitas.

Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Brigjen Kristomei Sianturi, menegaskan bahwa pendekatan humanis dan dialogis tetap menjadi fondasi dalam operasi keamanan. Namun, bila keselamatan masyarakat terancam, maka tindakan tegas dan terukur menjadi keharusan. Pendekatan pembinaan teritorial terus dijalankan sebagai bentuk nyata kehadiran negara di setiap pelosok Papua, untuk memastikan tidak ada satu pun warga yang merasa ditinggalkan.

Pemerintah pun tidak tinggal diam. Kepemimpinan Presiden Prabowo telah menunjukkan komitmen kuat untuk membangun Papua secara menyeluruh. Melalui pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit, hingga akses internet di wilayah pedalaman, pemerintah membuktikan bahwa Papua adalah prioritas nasional. Kebijakan afirmatif seperti Otonomi Khusus dan Dana Desa merupakan bentuk perhatian nyata negara terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Papua.

Namun, semua usaha mulia ini tidak akan maksimal jika terus dihadang oleh kelompok separatis bersenjata. OPM adalah penghambat utama dari kemajuan dan kesejahteraan Papua. Mereka tidak membawa solusi, melainkan kehancuran. Aksi kekerasan dan keji yang mereka lakukan terhadap guru, tenaga medis, dan pekerja pembangunan, menunjukkan bahwa mereka tidak pernah berpihak pada rakyat Papua. Mereka bukanlah pembela, melainkan perusak masa depan dan kedamaian.

Masyarakat internasional harus membuka mata dan melihat kebenaran. Tindakan OPM bukanlah perjuangan politik atau hak menentukan nasib sendiri. Ini adalah aksi teror yang terang-terangan melanggar hukum dan hak asasi manusia. Dunia tidak boleh terjebak dalam propaganda yang dibangun oleh kelompok yang jelas-jelas menjadikan kekerasan sebagai jalan utama.

Seluruh komponen bangsa harus bersatu mendukung pemerintah dan aparat keamanan dalam menuntaskan gangguan dari OPM. Penegakan hukum yang tegas harus terus dilanjutkan, bersamaan dengan percepatan pembangunan dan penguatan sosial masyarakat. TNI dan Polri adalah garda terdepan dalam menjaga kedaulatan dan keamanan nasional, dan dukungan terhadap mereka merupakan kewajiban moral seluruh rakyat Indonesia.

Mengutuk aksi kekejaman OPM adalah bentuk pembelaan terhadap kemanusiaan. Mendukung ketegasan aparat adalah wujud keberpihakan kepada rakyat Papua yang ingin hidup damai dan sejahtera. Negara hadir bukan hanya sebagai penjaga keamanan, tetapi juga sebagai pelayan pembangunan dan penjaga harapan.

Papua adalah bagian utuh dari Indonesia. Rakyat Papua adalah saudara sebangsa yang memiliki hak yang sama untuk merasakan kemajuan dan keadilan. Dengan ketegasan aparat, komitmen pemerintah, dan dukungan seluruh rakyat Indonesia, Papua akan terus melangkah maju menuju masa depan yang damai, aman, dan sejahtera.

)* Mahasiswa asal Papua tinggal di Surabaya

More From Author

Komitmen Tegas Pemerintah, Perang Terhadap Judi Daring Semakin Digencarkan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *