Kolaborasi Kunci Sukses Pelaksanaan Program CKG di Sekolah

Oleh: Maya Pranadita *)

Pemerintah meluncurkan Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di sekolah pada tahun ajaran baru Juli 2025 sebagai bagian dari upaya mewujudkan generasi muda yang sehat, kuat, dan siap belajar. Langkah ini bukan sekadar respons terhadap kebutuhan kesehatan siswa, melainkan bagian integral dari visi pembangunan manusia Indonesia yang berkelanjutan dan inklusif. Dalam pelaksanaannya, kolaborasi lintas sektor menjadi penentu utama keberhasilan.

CKG menargetkan lebih dari 53 juta peserta didik dari jenjang pendidikan dasar hingga menengah, termasuk siswa madrasah dan peserta didik Sekolah Rakyat. Program ini dirancang untuk menjangkau anak-anak usia 7 hingga 17 tahun dan dilakukan langsung di lingkungan sekolah. Mekanisme ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk mempermudah akses pemeriksaan kesehatan tanpa mengganggu proses belajar.

Sejak awal, koordinasi antarkementerian telah digalang secara serius. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Pratikno, menegaskan bahwa pelaksanaan CKG bukan hanya tugas satu instansi. Keberhasilan program ini ditentukan oleh kerja bersama Kementerian Kesehatan, Kemendikdasmen, Kementerian Agama, Kementerian Sosial, Kemendagri, dan Kemkomdigi.

Di sisi pelaksana teknis, keterlibatan tenaga kesehatan profesional dari puskesmas dan dinas kesehatan setempat menjadi elemen penting. Pemeriksaan yang dilakukan secara langsung di sekolah tidak hanya memberi kemudahan, tetapi juga memastikan bahwa setiap temuan dapat segera ditindaklanjuti. Pendekatan ini menegaskan pentingnya konektivitas antara sistem pendidikan dan layanan kesehatan primer di Indonesia.

Program CKG memiliki misi lebih besar dari sekadar pemeriksaan medis. Deteksi dini kondisi kesehatan peserta didik akan menjadi pintu masuk bagi intervensi yang lebih komprehensif. Pemerintah menyadari bahwa masalah kesehatan anak-anak tidak hanya berdampak pada kehidupan pribadi, tetapi juga berpengaruh pada prestasi akademik, perkembangan sosial, hingga kontribusi siswa di masa depan.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, mendukung penuh inisiatif ini dan menekankan pentingnya integrasi data hasil pemeriksaan ke dalam pengembangan kebijakan sekolah sehat. CKG menjadi titik awal membangun generasi yang tidak hanya sehat secara fisik, tetapi juga secara mental dan spiritual. Data dari program ini juga akan memperkuat pelaksanaan Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dan mendukung program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat.

Dari sisi komunikasi, peran media dan teknologi juga digarisbawahi. Direktur Jenderal Komunikasi Publik dan Media Kemkomdigi, Fifi Aleyda Yahya, menyampaikan bahwa sosialisasi masif melalui media massa akan memperluas pemahaman masyarakat mengenai pentingnya kesehatan anak dan kualitas pendidikan. Publik perlu menyadari bahwa CKG, bersama dengan Program Makan Bergizi Gratis dan Sekolah Rakyat, adalah bagian dari agenda besar pemerintah untuk memperkuat kualitas generasi penerus bangsa.

Tidak hanya kementerian, program ini juga mendapat dukungan dari lembaga legislatif. Anggota Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih, menyambut positif pelaksanaan CKG di sekolah, karena dinilainya mampu memberikan peta kondisi kesehatan siswa sejak awal. Faqih melihat potensi besar dalam penggunaan data hasil pemeriksaan sebagai dasar untuk kebijakan preventif jangka panjang. Langkah ini bisa meningkatkan efisiensi anggaran kesehatan negara, karena dengan data yang valid, program olahraga dan pola makan sehat dapat diarahkan secara lebih tepat sasaran.

Efisiensi bukan satu-satunya nilai tambah dari program ini. Dalam konteks Sekolah Rakyat yang berbasis asrama, Wakil Menteri Sosial, Agus Jabo Priyono, menekankan pentingnya pemeriksaan kesehatan sebagai bentuk antisipasi dini terhadap potensi penularan penyakit. Pendekatan preventif ini selaras dengan prinsip pembangunan inklusif yang menyasar seluruh segmen masyarakat tanpa kecuali.

Program CKG juga tidak lepas dari semangat mewujudkan Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) sebagaimana diarahkan oleh Presiden Prabowo Subianto. Melalui PHTC, pemerintah menempatkan kesehatan sebagai fondasi utama dalam membangun kapasitas manusia Indonesia. CKG hadir bukan sebagai inisiatif sementara, melainkan sebagai bagian dari strategi jangka panjang yang memprioritaskan hasil nyata dan berkelanjutan.

Dalam konteks lebih luas, pelaksanaan CKG mencerminkan pendekatan baru dalam tata kelola pembangunan nasional. Kolaborasi bukan lagi sekadar jargon, melainkan prinsip kerja yang menuntut harmonisasi peran lintas kementerian, pemda, sekolah, puskesmas, media, hingga orang tua. Di sinilah letak keunggulan pendekatan pemerintah saat ini, yaitu membangun sistem bukan dengan satu kebijakan tunggal, tetapi melalui sinergi program dan pelibatan multipihak.

Keberhasilan CKG akan menjadi barometer kemampuan Indonesia membangun ekosistem pendidikan yang peduli pada aspek kesehatan. Kualitas pendidikan tidak hanya diukur dari hasil ujian, tetapi juga dari kesiapan fisik dan mental siswa untuk belajar, tumbuh, dan berkontribusi. Pemerintah tidak berjalan sendiri dalam upaya ini. Setiap elemen bangsa, mulai dari pejabat negara hingga kepala sekolah, dari tenaga medis hingga jurnalis, memiliki peran vital dalam memastikan program ini memberi dampak nyata.

Maka, di tengah kompleksitas birokrasi dan tantangan lapangan, satu hal menjadi jelas bahwa kolaborasi adalah fondasi utama keberhasilan pelaksanaan Program CKG di sekolah. Tanpa kerja sama lintas sektor yang erat dan berkelanjutan, program strategis ini akan kehilangan daya dorongnya. Namun dengan semangat gotong royong yang terjaga, CKG berpotensi menjadi tonggak penting dalam menciptakan generasi Indonesia yang lebih sehat, lebih kuat, dan siap menghadapi masa depan.

*) Pemerhati Kebijakan Publik

More From Author

MBG Jadi Pilar Kesejahteraan Sosial dan Ekonomi Nasional

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *