Apresiasi Langkah Pemerintah Wujudkan Generasi Sehat melalui Cek Kesehatan Gratis di Sekolah

Oleh : Andhika Utama )*

Pemerintah kembali menunjukkan komitmennya dalam membangun generasi bangsa yang unggul, tidak hanya dari segi intelektual, tetapi juga dari segi kesehatan. Salah satu langkah nyata yang patut diapresiasi adalah peluncuran program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang mulai diterapkan di sekolah-sekolah. Program ini bukan sekadar kegiatan insidental, melainkan bagian dari strategi jangka panjang dalam memastikan bahwa setiap anak Indonesia tumbuh sehat dan siap belajar.

Cek Kesehatan Gratis merupakan program yang memungkinkan siswa mendapatkan pemeriksaan kesehatan dasar secara gratis di lingkungan sekolah. Langkah ini menandai era baru dalam pendekatan pendidikan yang lebih holistik, di mana kesehatan fisik menjadi bagian penting dari proses belajar mengajar. Dalam implementasinya, program ini telah mendapat dukungan dari berbagai pihak, salah satunya dari Komisi X DPR RI yang membidangi pendidikan dan kebudayaan.

Anggota Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih, menyambut positif program ini karena strategis dalam mendukung kesiapan fisik siswa mengikuti pendidikan formal. Menurutnya, program ini sangat strategis karena dapat membantu memastikan kesiapan fisik siswa dalam mengikuti proses pendidikan formal. Pihaknya menekankan bahwa ketika data kesehatan tersedia sejak awal, pendekatan kebijakan bisa bergeser dari yang bersifat kuratif menjadi preventif. Artinya, pemerintah tidak lagi hanya mengobati penyakit setelah terjadi, tetapi mulai mengantisipasi dan mencegahnya sejak dini. Pergeseran ini tentu berdampak pada efisiensi anggaran negara dalam jangka panjang, sekaligus membangun budaya sadar kesehatan di kalangan siswa.

Kekuatan utama dari CKG terletak pada kemampuannya membangun data dasar kesehatan siswa. Melalui pemeriksaan kesehatan secara berkala, pemerintah dapat memetakan kondisi kesehatan siswa di berbagai wilayah, mulai dari tekanan darah, tinggi dan berat badan, kesehatan gigi, hingga kebugaran umum. Data ini menjadi bekal penting dalam menyusun kebijakan pendidikan dan kesehatan yang lebih tepat sasaran dan efisien.

Langkah awal penerapan CKG dilakukan di Sekolah Rakyat, sebuah bentuk satuan pendidikan alternatif berbasis asrama yang menyasar anak-anak dari kelompok rentan sosial dan ekonomi. Menteri Sosial, Saifullah Yusuf, mengungkapkan bahwa hingga pertengahan tahun 2025, terdapat 100 titik lokasi Sekolah Rakyat yang telah siap menjalankan program ini. Totalnya mencakup hampir 10 ribu siswa, dengan dukungan sekitar 1.500 guru dan lebih dari 3.000 tenaga pendidik.

Pemerintah juga mencatat bahwa program ini akan diperluas ke sekolah umum dan madrasah mulai Agustus. Pemerataan distribusi lokasi sekolah yang terlibat, mulai dari Jawa, Sumatra, Sulawesi, hingga Papua menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menjadikan kesehatan sebagai hak dasar yang harus dinikmati oleh semua anak bangsa, tanpa terkecuali.

Di lingkungan pendidikan keagamaan, CKG mendapat sambutan positif dari Kementerian Agama yang melihat program ini sebagai cara efektif menjaga kesehatan santri di pesantren. Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno, menyebutkan bahwa lingkungan pesantren yang berbasis asrama memiliki tantangan kesehatan tersendiri, dan CKG bisa menjadi langkah awal mitigasi risiko kesehatan secara kolektif.

Dukungan dari berbagai pihak juga mengalir dari para pemangku kepentingan daerah, termasuk para kepala sekolah dan tenaga pendidik yang melihat manfaat langsung dari program ini. Wakil Menteri Sosial, Agus Jabo Priyono, menilai bahwa CKG bukan hanya program pemeriksaan fisik, tetapi juga sarana edukasi kesehatan yang efektif. Anak-anak dibiasakan untuk mengenal tubuh mereka sendiri, memahami pentingnya menjaga pola hidup sehat, serta diajak untuk menerapkan gaya hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah maupun di rumah.

Meski demikian, implementasi CKG tidak lepas dari tantangan. Pemeriksaan massal di lingkungan sekolah membutuhkan ketersediaan tenaga medis, peralatan standar, serta sistem pelaporan yang terintegrasi dengan baik. Pemerintah terus memastikan kegiatan ini tidak sekadar seremoni, tetapi menjadi rutinitas tahunan yang berdampak nyata.

Keberlanjutan program menjadi kunci agar manfaatnya benar-benar dirasakan dalam jangka panjang. Pemeriksaan berkala menjadi kunci penting agar manfaat program terus berkembang. Karena itu, sistem monitoring dan evaluasi sangat penting untuk terus memperbaiki mekanisme pelaksanaan program ini.

Langkah ke depan yang perlu diambil adalah menjadikan CKG sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional yang permanen. Data hasil pemeriksaan kesehatan harus diolah dan dianalisis untuk mengembangkan profil kesehatan siswa secara nasional. Profil ini nantinya dapat menjadi rujukan penting dalam menentukan arah kebijakan pendidikan, mulai dari kurikulum yang memperkuat pendidikan kesehatan, hingga kebijakan layanan kantin sekolah yang lebih bergizi dan sehat. Pemerintah daerah juga didorong untuk mengambil peran aktif dalam mendukung program ini melalui pembiayaan dan penyediaan fasilitas pendukung.

Program Cek Kesehatan Gratis di sekolah merupakan cerminan dari visi pemerintah dalam membangun generasi masa depan yang sehat, cerdas, dan siap bersaing. Apresiasi dari DPR, kementerian, dan berbagai pihak lainnya menjadi bukti bahwa kebijakan ini mendapat tempat di hati publik. Lebih dari sekadar program layanan kesehatan, CKG adalah investasi jangka panjang untuk kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Melalui sinergi yang kuat dan komitmen berkelanjutan, CKG bisa menjadi fondasi lahirnya sekolah-sekolah sehat yang menghasilkan anak-anak Indonesia yang tumbuh kuat, belajar dengan semangat, dan menjadi harapan masa depan bangsa.

)* Pengamat Isu-Isu Strategis

More From Author

MBG Jadi Pilar Kesejahteraan Sosial dan Ekonomi Nasional

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *