Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni 2025 sebesar US$?152,6 miliar, sedikit meningkat dari level US$?152,5 miliar pada akhir Mei. Ini menunjukkan ketahanan ekonomi yang terus terjaga di tengah kondisi global yang belum sepenuhnya stabil.
Kekuatan cadangan devisa Indonesia bukan hanya mencerminkan ketahanan fiskal, tetapi juga keberhasilan kebijakan makroekonomi yang dijalankan oleh Bank Indonesia dan pemerintah. Stabilitas ini dicapai melalui kombinasi kebijakan moneter yang hati-hati, pengelolaan anggaran yang disiplin, serta koordinasi antar-lembaga dalam menghadapi dinamika global, seperti ketegangan geopolitik dan volatilitas pasar keuangan.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso mengatakan peningkatan cadangan tersebut berasal dari pacuan tiga elemen utama seperti penerimaan pajak dan jasa, hasil penerbitan obligasi global pemerintah, serta intervensi BI dalam stabilisasi rupiah di tengah ketidakpastian pasar global.
Posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2025 setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, masih jauh di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor, jelas Ramdan
Ramdan menegaskan, tingkat cadangan ini memperlihatkan kesiapan pemerintah dan BI dalam mendukung ketahanan sektor eksternal, menjaga stabilitas makroekonomi, dan menopang sistem keuangan nasional.
Sinergi berkelanjutan antara BI dan pemerintah dinilai sangat krusial dalam mempertahankan momentum ini demi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, ucapnya.
Sementara itu, Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro menilai, meskipun global belum stabil, ada tren meredanya ketegangan geopolitik seperti perjanjian dagang AS dan gencatan senjata Iran Israel yang membantu mendukung pelemahan tekanan terhadap rupiah.
Kondisi global yang lebih tenang ini mendukung penguatan rupiah dan turut berkontribusi pada kenaikan moderat cadangan devisa, ujar Andry.
Dari perspektif ekonomi makro global, Global Market Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, mengungkapkanbahwa faktor-faktor yang membuat cadangan devisa hanya meningkat tipis di tengah kebijakan DHE SDA yang baru. Pertama, karena pada periode Juni merupakan periode distribusi dividen dari perusahaan terdaftar di dalam negeri ke investor, termasuk juga investor asing.
Lalu yang kedua juga dari sisi market terutama di pasar saham juga terjadi outflow karena volatilitas tinggi terutama perkembangan terkait dengan perang antara Israel dengan Iran, tutur Myrdal.
Dengan cadangan devisa yang solid dan dukungan kebijakan fiskal-makro yang tepat, Indonesia saat ini menunjukkan ketahanan ekonomi yang commendable. Sinergi antara pemerintah dan BI menjadi kunci utama untuk menjaga momentum ini memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di masa depan.
[edRW]