Oleh: Silvia AP )*
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu inisiatif nasional yang digagas untuk mengatasi tantangan gizi buruk dan stunting di Indonesia. Di tengah berbagai persoalan sosial dan ekonomi yang mendera sebagian besar masyarakat, terutama di daerah tertinggal dan pelosok, MBG hadir sebagai bentuk nyata perhatian negara terhadap kesehatan dan masa depan generasi muda.
Lebih dari sekadar memberi makan, program ini diharapkan menjadi motor penggerak perubahan sosial melalui peningkatan kualitas hidup anak-anak Indonesia sejak dini. Dalam menjalankan misi besar ini, partisipasi aktif berbagai elemen masyarakat menjadi kunci keberhasilan, termasuk kalangan intelektual muda yang siap terjun langsung mendampingi dan mendistribusikan semangat perubahan.
Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat ada 30.000 Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia program MBG. Kepala BGN, Dadan Hindayana mengatakan 30.000 sarjana baru itu yang akan menjalankan program MBG. Dengan begitu, ia meyakini tidak ada Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) yang tidak tidak dipimpin oleh Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia.
Dadan mengatakan, para Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI) tersebut menempuh studi di Unhan selama 3-4 bulan dengan rincian, 2 bulan pertama dididik untuk komponen cadangan (Komcad) dan 2 bulan sisanya untuk pendidikan teknis meliputi keamanan pangan, penyiapan makanan, hingga budi daya pertanian. Pada batch pertama, SPPI telah bekerja sejak Februari. Sementara batch kedua didanai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tambahan.
Menurut Dadan, pendidikan SPPI yang kini dikelola di bawah Kementerian Pertahanan akan selesai pada Juli 2025. Setelah lulus, setiap satuan pelayanan pemenuhan gizi akan dipimpin langsung oleh seorang SPPI, memastikan eksekusi program berjalan profesional dan terukur. Sebagai informasi, lulusan SPPI telah mendapatkan Pendidikan Dasar Militer (Diksarmil) dari Universitas Pertahanan (Unhan). Program SPPI ini dijalankan melalui kerja sama antara BGN dan Unhan.
Keterlibatan mereka bukan hanya sebagai pelaksana teknis di lapangan, tetapi juga sebagai agen perubahan yang mampu membawa perspektif baru dalam upaya perbaikan gizi nasional. Para sarjana ini akan bekerja langsung di tengah masyarakat, mendampingi pelaksanaan program, memastikan distribusi makanan yang bergizi berjalan sesuai standar, serta melakukan edukasi tentang pentingnya pola makan sehat dan kebersihan. Kehadiran mereka diharapkan mampu menjembatani kebijakan pemerintah dengan kebutuhan dan karakteristik masyarakat setempat.
Dalam konteks sosial, kehadiran para sarjana ini memiliki dampak signifikan. Mereka tidak hanya membawa semangat profesionalisme, tetapi juga menghidupkan kembali nilai-nilai gotong royong, empati, dan pelayanan kepada sesama. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak lulusan perguruan tinggi yang merasa sulit mendapatkan pekerjaan atau tidak merasa relevan di tengah tantangan dunia kerja yang berubah cepat.
Program ini memberikan mereka ruang untuk mengaktualisasikan ilmu dan keterampilan, sekaligus menjadi bagian dari solusi nasional terhadap persoalan gizi dan pendidikan dasar. Melalui pendekatan ini, pemerintah tidak hanya memberdayakan sumber daya manusia muda, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kepemimpinan sosial yang berkelanjutan.
Staf Ahli Kepala BGN, Ikeu Tanziha mengatakan bahwa setiap unit pelayanan yang tersebar di berbagai daerah diisi oleh tiga lulusan SPPI yang terbagi atas posisi manajer, administrasi dan ahli akuntansi, serta tenaga gizi. Ia memastikan bahwa program MBG mulai efektif pada Januari 2025 meskipun akan dijalankan secara bertahap, menyesuaikan unit pelayanan-unit pelayanan yang telah sepenuhnya siap. Seiring berjalan waktu, unit pelayanan akan terus bertambah dan diharapkan jumlah SPPI meningkat hingga mampu menjangkau seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
Program MBG yang melibatkan 30.000 sarjana ini juga menjadi contoh model integrasi antara dunia pendidikan tinggi dan kebutuhan pembangunan nasional. Melalui keterlibatan langsung para lulusan perguruan tinggi dalam program-program strategis seperti MBG, terjadi transformasi cara pandang terhadap peran pendidikan tinggi dalam pembangunan.
Dari perspektif kebijakan publik, keberadaan 30.000 sarjana dalam program MBG mencerminkan pendekatan holistik dan progresif dalam pembangunan. Pemerintah tidak hanya memberikan bantuan, tetapi juga membangun kapasitas masyarakat melalui kehadiran sumber daya manusia berkualitas. Ini adalah bentuk investasi jangka panjang yang hasilnya mungkin tidak terlihat dalam hitungan hari, tetapi akan terasa dalam dekade ke depan. Anak-anak yang tumbuh sehat dan terdidik akan menjadi generasi penerus yang membawa Indonesia ke arah kemajuan yang lebih inklusif dan berkeadilan.
Disisi lain, Kepala BPOM, Taruna Ikrar menegaskan kembali dukungan penuh BPOM terhadap program MBG. Taruna mengungkapkan koordinasi dengan lintas kementerian/lembaga dalam rangka pengawalan MBG, baik di tingkat pusat maupun daerah, telah dilaksanakan sejak 2024. Tahun lalu, BPOM bekerja sama dengan Unhan telah menyelenggarakan pembekalan terkait keamanan pangan dan gizi terhadap 2.000 orang SPPI
Akhirnya, Program Makan Bergizi Gratis dengan dukungan berbagai pihak ini merupakan tonggak penting dalam pembangunan manusia Indonesia. Ia menyatukan antara semangat kemanusiaan, kepedulian sosial, dan intelektualitas dalam satu gerakan bersama. Di tangan para sarjana muda yang terjun langsung ke masyarakat, MBG bukan lagi sekadar program pemerintah, melainkan gerakan nasional untuk menjamin bahwa setiap anak Indonesia tumbuh dengan tubuh yang sehat, pikiran yang cerdas, dan hati yang penuh harapan.
)* Penulis adalah tim redaksi Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Ideas